Untuk membaca blog ini dalam bahasa Indonesia, klik tautan berikut.
On a Wednesday afternoon at the end of June, I kept pinching myself to see if I was dreaming. The Conversation Indonesia (TCID) team was having an all-hands brand positioning workshop. In the middle of the room guiding us through the process was Janoe Arijanto, the CEO of Dentsu One until 2022, chairman of Indonesia Advertising Association, and an all-round expert in branding, marketing and strategic planning with more than 20+ years of experience in the field.
He guided the four-hour workshop with ease. Calmly, he helped us identify our core target audience, their characters and behaviours, and how to position ourselves as a media to effectively serve them to create the social change of building an informed citizenry that we envisioned. By the end of the workshop, we had a solid position: easy-to-digest science-based multiplatform media for zillenials to enrich their perspectives.
I couldn’t believe my eyes during the workshop because, for any financially struggling not-for-profit organizations, having talented expert consultants to help develop important strategies and work plans and to coach us in implementing them is a luxury we often can’t afford.
Opportunities for capacity building and business coaching support provided by funders are often competitive, with organizations needing to invest a significant amount of time to develop grant proposals to access the support. Or, if the capacity building activities are provided in group setting they are often in introductory level to serve a broad range of organizational development needs.
So, having Janoe in our midst, providing pro-bono advice on our brand strategy, is a privilege The Conversation Indonesia will not take for granted. And, we’re truly fortunate that it’s not only Janoe. The Conversation Indonesia has been honoured to welcome a group of senior advisors to build our sustainability.
Former Air Force Chief of Staff, Air Marshal Chappy Hakim, has also joined as an advisor, helping us map and approach potential sponsors from the corporate and government sectors. Former Deputy Chief of Staff to President Joko Widodo, Yanuar Nugroho is also onboard, advising us on grant fundraising and relationship building with the development sector in Indonesia.
We hope by having a group of senior advisors who volunteer their time to help us solve organizational and business development challenges will help us become more effective in building our sustainability.
We invited each one of them to join our board of advisors. When we asked them why they agreed, their answers strengthened our resolve.
Janoe said that in the face of the overwhelming surge of information, we need media that stands resilient with a distinct positioning, character, and a resolute purpose, fulfilling its role as pillars of democracy.
“I see this steadfast purpose in The Conversation Indonesia, which inspires me to gladly join and support the dedicated team striving to elevate The Conversation Indonesia’s role and influence within the Indonesian information society. It’s not just about being a media outlet; it’s about being a beacon of knowledge, integrity, and positive change,” he continued.
Yanuar said he joined The Conversation Indonesia because he believed that The Conversation Indonesia fills the gap in the need for media that makes both the public and policymakers aware of the urgency and utmost importance of knowledge-based policy.
“If Indonesia really wants to be an advanced country, its policies must be based on data, evidence, and knowledge. And it is not easy to do that. Many policies are made merely due to political considerations, be they for elitist or populist interests. TCID is here and trying to fill in the gap,” he said.
Meanwhile, Chappy said he felt invigorated collaborating with young minds whose ambition is to educate the public.
“I gladly joined The Conversation because it’s a media that’s based on data and facts. Further, I’m delighted to meet The Conversation Indonesia team of enthusiastic smart young people with youthful exuberance,” Chappy said.
“I hope by joining I can have opportunities to work together with the young generation in various educational activities,” he added.
Building a board of advisors to help us map potential stakeholders and partners, open up our access to their networks, and point us to the right direction on engagement strategies has been on our to do-list since we completed our 2023-2027 strategic plan in May 2023. By the end of October, with less than 12-months cash availability, we realized that we urgently need to cross this from our to do list and start engaging senior advisors to help us navigate the impending financial crisis.
“Anything I can do to help,” was Yanuar’s first response when I approached him November last year to become our advisor on the sidelines of the Bali Civil Society and Media Forum (BCSMF). He vouched for us to philanthropic organizations and development agencies in our 11th hour so we can have the chance to have our grant and partnership proposals considered.
Meanwhile, Chappy helped secure important meetings with corporations and guide us on negotiation strategies, a new area of engagement for our team.
Since having our advisors on board, we’ve weathered the storm but we can’t be complacent. The Conversation Indonesia is among media industry players in the country that has been struggling in finding a sustainable business model amidst the ongoing digital disruption and reliance on digital technology platforms. As a not-for-profit organization, we are also impacted by the changing funding landscape happening globally.
But, we view these challenges as an opportunity to develop a new model — one that’s collaborative (convening the academia and research sector, civil society, media, corporations, and government), hybrid (online and offline), and focused on generating meaningful public dialogue that produces positive social change and impact.
We believe that with the support from our team of advisors, together with our formidable supervisory board — PwC Indonesia director Daniel Rembeth, Hasanuddin University Rector Jamaluddin Jompa, and Pattimura University marine expert Gino Limmon — and the blessing of our governing board, chaired by University of Indonesia conservation biologist Jatna Supriatna, we will succeed.
If you have experience holding long-term senior positions in a public, academia, development or private sectors and are interested to join our board of advisors for sustainability or if you would like to nominate people for us to approach email me at prodita.sabarini@theconversation.com
Read our press release announcing our board of advisors here.
Kami tak akan sia-siakan dukungan para penasihat kami
Pada Rabu sore di akhir Juni, berulang kali saya mencubit tangan saya untuk memastikan saya tidak bermimpi. Saat itu, seluruh anggota tim The Conversation Indonesia (TCID) sedang mengikuti workshop untuk menentukan brand position.
Berdiri di tengah ruangan memandu kami adalah Janoe Arijanto, CEO Dentsu One hingga 2022, ketua Asosiasi Periklanan Indonesia serta pakar branding, pemasaran, dan perencanaan strategis dengan pengalaman lebih dari 20 tahun.
Dengan tenang ia memandu sesi yang berjalan selama empat jam tersebut. Perlahan-lahan, ia membantu kami mengidentifikasi sasaran audiens inti kami, karakter dan perilaku mereka, dan bagaimana kami perlu memosisikan diri sebagai media sehingga dapat melayani mereka secara efektif guna menciptakan perubahan sosial dalam membangun masyarakat yang berpengetahuan seperti yang kami impikan.
Di akhir workshop, kami sampai pada brand position yang kuat: media multiplatform berbasis sains yang mudah dicerna bagi para zillenial untuk memperkaya perspektif mereka.
Saya merasa bermimpi karena bagi banyak organisasi nirlaba yang mengalami kesulitan finansial, memiliki konsultan ahli yang berbakat untuk membantu mengembangkan strategi dan rencana kerja serta mendampingi dalam memastikan penerapannya sukses, adalah sebuah kemewahan yang sering kali tidak terjangkau.
Selama ini, organisasi-organisasi pemberi hibah menawarkan peluang-peluang untuk mengakses peningkatan kapasitas, pendampingan pengembangan bisnis, dan dukungan pembinaan bisnis. Namun, peluang-peluang ini seringkali bersifat kompetitif sehingga organisasi perlu perlu menginvestasikan banyak waktu untuk mengembangkan proposal hibah agar dapat mengakses dukungan tersebut. Atau, jika kegiatan peningkatan kapasitas diberikan dalam bentuk kelompok untuk beberapa organisasi, kegiatan tersebut seringkali berada hanya pada tingkat dasar untuk melayani kebutuhan pengembangan organisasi yang beragam.
Oleh sebab itu, sumbangan waktu dan pemikiran Janoe mengenai pengembangan strategi branding adalah suatu privilese yang tidak akan kami sia-siakan. Dan kami sangat beruntung, karena bukan hanya Janoe saja yang mendampingi kami. The Conversation Indonesia mendapat kehormatan untuk menyambut sekelompok penasihat senior bergabung untuk membangun keberlanjutan kami.
Mantan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI (Purn.) Chappy Hakim juga bergabung sebagai penasihat, membantu kami memetakan dan mendekati sponsor potensial dari sektor korporasi dan pemerintah. Mantan Wakil Kepala Staf Presiden Joko Widodo Yanuar Nugroho juga ikut serta dan memberi masukan kepada kami mengenai penggalangan dana hibah dan membangun hubungan dengan sektor pembangunan di Indonesia.
Kami optimis bahwa kehadiran tim penasihat senior yang menyumbangkan waktunya untuk membantu kami memecahkan tantangan pengembangan organisasi dan bisnis akan membantu kami menjadi lebih efektif dalam membangun keberlanjutan.
Kami mengundang satu per satu dari tokoh-tokoh tersebut untuk bergabung dalam Dewan Penasihat untuk Keberlanjutan kami. Ketika kami tanya mengapa mereka setuju, jawaban-jawabnya menguatkan tekad kami.
Janoe mengatakan bahwa di tengah luapan informasi, kita memerlukan media yang bisa tangguh berdiri dengan posisi, karakter yang unik dengan tujuan yang kuat, untuk memenuhi peran mereka sebagai pilar demokrasi.
“Saya melihat dengan jelas tujuan ini di The Conversation Indonesia yang menginspirasi saya untuk dengan senang hati bergabung dan mendukung tim yang berdedikasi untuk mengembangkan peran dan pengaruh The Conversation Indonesia dalam masyarakat informasi Indonesia. Peran ini bukan hanya sebagai outlet media, tapi juga peran menjadi pijar pengetahuan, integritas, dan perubahan positif,” tambah Janoe.
Yanuar mengatakan ia bergabung dengan The Conversation Indonesia karena percaya bahwa keberadaan kami dapat mengisi kekosongan kebutuhan adanya media yang menyadarkan publik dan pembuat kebijakan mengenai pentingnya kebijakan berbasis pengetahuan ini.
“Kalau Indonesia beneran mau maju, kebijakan itu mesti dibuat berdasar data, bukti, dan ilmu. Itu tidak gampang. Banyak kebijakan dibuat semata-mata karena pertimbangan politis, entah untuk memenuhi kepentingan elit, atau populis. TCID mencoba mengisi kekosongan itu,” kata Yanuar.
Sementara, Chappy mengatakan ia merasa bersemangat berkolaborasi dengan generasi muda yang berambisi mencerdaskan masyarakat.
“Saya dengan senang hati bergabung dengan Conversation karena mendengar bahwa The Conversation merupakan media yang berbasis data dan fakta. Lebih jauh lagi saya senang bertemu dengan Tim Conversation yang terdiri dari anak anak muda terpelajar dengan pancaran wajah yang penuh semangat khas anak muda,” kata Chappy.
“Saya sangat berharap dengan bergabungnya saya, maka saya memperoleh kesempatan bekerjasama dengan mereka anak anak muda dalam berbagai kegiatan yang bersifat mendidik,” tambahnya.
Membangun tim penasihat untuk membantu pemetaan pemangku kepentingan dan mitra, membuka jaringan, dan menentukan strategi yang tepat untuk membangun hubungan dengan berbagai pihak masuk dalam daftar hal yang perlu kami lakukan sejak kami menyelesaikan rencana strategis 2023-2027 pada Mei 2023. Pada akhir bulan Oktober, dengan ketersediaan dana kurang dari 12 bulan, kami sadar bahwa rekruitmen tim penasihat menjadi sangat mendesak.
“Apa pun yang bisa saya lakukan untuk membantu,” adalah tanggapan pertama Yanuar ketika kami mendekatinya untuk menjadi penasihat kami di sela-sela Bali Civil Society and Media Forum (BCSMF) pada November tahun lalu. Dia merekomendasikan TCID kepada berbagai organisasi pemberi hibah sehingga kami punya kesempatan agar proposal-proposal hibah kami bisa dipertimbangkan pada saat-saat tergenting.
Sementara itu, Chappy membantu mempertemukan kami dengan berbagai perusahaan–sektor yang baru kami dekati—dan membimbing kami dalam strategi negosiasi.
Sejak adanya penasihat kami, kami telah berhasil melewati badai krisis pendanaan. Tetapi, kami tidak bisa berpuas diri. The Conversation Indonesia adalah salah satu pelaku industri media di tanah air yang kesulitan menemukan model bisnis berkelanjutan di tengah disrupsi digital yang sedang berlangsung dan ketergantungan pada platform teknologi digital. Sebagai organisasi nirlaba, kami juga terkena dampak perubahan lanskap pendanaan yang terjadi secara global.
Namun, kami melihat tantangan-tantangan ini sebagai peluang untuk mengembangkan model baru–model yang kolaboratif (mempertemukan akademisi dan sektor penelitian, masyarakat sipil, media, perusahaan dan pemerintah), hybrid (daring dan luring), dan menghasilkan dialog publik yang bermakna dan menghasilkan perubahan sosial yang positif.
Kami yakin dengan dukungan dari tim penasihat kami bersama dengan dewan pengawas kami yang tangguh—Direktur PwC Indonesia Daniel Rembeth, Rektor Universitas Hasanuddin Jamaluddin Jompa, dan pakar Kelautan Universitas Pattimura Gino Limmon—dan restu dari dewan pengurus kami, yang diketuai oleh ahli biologi konservasi Universitas Indonesia Jatna Supriatna, kami akan berhasil.
Jika Anda memiliki pengalaman memegang posisi senior di sektor publik, akademisi, pembangunan atau swasta dan tertarik untuk bergabung menjadi tim penasihat kami atau jika Anda ingin menominasikan orang untuk kami dekati, kirimkan email kepada saya di prodita.sabarini@theconversation.com
Baca siaran pers kami yang mengumumkan dewan penasihat kami di sini.
This article was originally published on The Conversation. Read the original article.