Please click here to read this blog post in English.
Seiring ulang tahun ke-5 peluncuran situs web kami, The Conversation Indonesia mengangkat Ika Krismantari sebagai Pemimpin Redaksi/Direktur Konten.
Pengangkatan Ika menyusul selesainya proses restrukturisasi organisasi yang sudah kami lakukan sejak awal tahun ini.
Setelah melalui proses konsultasi dan koordinasi selama enam bulan, pada 13 Agustus 2022, Dewan Pembina Yayasan The Conversation Indonesia yang dipimpin Profesor Jatna Supriatna menyetujui struktur organisasi baru.
Dalam proses ini, saya diangkat sebagai CEO/Penerbit (sebelumnya Editor Eksekutif).
Struktur baru ini diharapkan dapat mendukung perkembangan The Conversation Indonesia dalam lima hingga delapan tahun ke depan. Ini adalah tonggak sejarah bagi kami dan menandakan transformasi kami dari media startup menjadi organisasi yang lebih mapan.
Sebelumnya, Ika memegang posisi kepala tim editorial (Head of Editorial). Kini, sebagai Pemimpin Redaksi/Direktur Konten, Ika memegang tanggung jawab utama untuk memimpin dan mengelola kegiatan bisnis inti The Conversation Indonesia: memproduksi dan berbagi konten berkualitas tinggi serta juga berkolaborasi dengan lembaga pendidikan tinggi dan institusi penelitian.
Bisnis inti The Conversation Indonesia sangat penting untuk mencapai tujuan kami dalam berbagi pengetahuan dan mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti.
Ika meraih gelar Magister Jurnalisme dan Hubungan Internasional dari Monash University, Australia dengan beasiswa dari pemerintah Australia. Dia menulis tesis yang meneliti model bisnis The Conversation dan melihat penerapannya di media online alternatif di Indonesia. Tesisnya mendapat nilai tertinggi di angkatannya.
Sebelum bergabung dengan The Conversation Indonesia, Ika bekerja untuk harian berbahasa Inggris terkemuka di Indonesia The Jakarta Post. Ika bergabung dengan The Conversation Indonesia sebagai Deputi Editor Eksekutif enam bulan setelah peluncuran kami pada 6 September 2017.
“Saya semangat sekali waktu pertama kali bergabung dengan The Conversation karena seakan mendapat kesempatan untuk mempraktikkan temuan di tesis saya…dan posisi saya yang baru ini menambah tantangan baru untuk menjadikan media ini semakin besar,” ujarnya.
Anggota Dewan Pembina Yayasan The Conversation Indonesia Endy M. Bayuni mengatakan Ika memiliki semua kualifikasi yang dibutuhkan untuk memimpin tim redaksi The Conversation Indonesia.
“Mulai dari latar belakang akademiknya, pengalamannya sebagai jurnalis dan editor, baik sebelumnya di The Jakarta Post maupun selama empat setengah tahun terakhir di The Conversation Indonesia, sampai kerja sama yang baik sudah ia jalin dengan pemimpin redaksi sebelumnya Prodita Kusuma Sabarini dan dengan koleganya di redaksi,” kata Endy.
“Dengan penunjukkan ini, kami mengharapkan lebih banyak lagi inisitiatif yang keluar dari Ika dan tim redaksi,” kata Endy.
Mengomentari keberadaan The Conversation di lanskap media di Indonesia, Endy, yang merupakan pemimpin redaksi The Jakarta Post dari tahun 2004-2010 lalu pada 2016-2018 dan saat ini menjabat sebagai editor senior di media tersebut, mengatakan bahwa “keberadaan The Conversation Indonesia membawa angin segar ke industri media di negara ini, karena keunikannya menggabungkan prinsip-prinsip dunia jurnalisme dengan dunia akademik”.
“Di tengah semaraknya hoaks dan disinformasi yang membawa disrupsi massif di ekosistem informasi, terutama di dunia maya, penggunaan sains semakin memperkuat praktik jurnalisme yang mengutamakan akurasi,” kata Endy yang juga anggota Dewan Pengawas Facebook.
Rangkaian acara HUT ke-5 The Conversation Indonesia
The Conversation Indonesia merupakan bagian dari jaringan global, dan saat ini kami satu-satunya edisi di Asia.
Selain kami, ada The Conversation di Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Prancis, Spanyol, dan Afrika.
The Conversation Indonesia dimulai sebagai proyek percontohan dengan pendanaan awal dari The Open Society Foundation Program on Independent Journalism.
Pada dua tahun pertama, kami juga menerima dukungan manajemen dari The Conversation Media Group di Melbourne, Australia, dan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Ilmuwan terkemuka Profesor Sangkot Marzuki dan Profesor Jatna Supriatna, pengacara Tuti Hadiputranto, dan mendiang tokoh pers Aristides Katoppo mendirikan Yayasan The Conversation Indonesia pada 4 September 2017 untuk mengelola operasi The Conversation Indonesia secara mandiri dan berkelanjutan.
Sebagai bagian dari perayaan HUT ke-5, besok, Rabu, 7 September 2022, kami mengadakan diskusi publik gratis tentang peran dosen dalam mendorong kebijakan berbasis bukti di auditorium lantai dua Perpustakaan Nasional.
Kami menghadirkan Profesor Adi Utarini, Guru Besar Universitas Gadjah Mada dan salah satu 100 orang berpengaruh dunia tahun 2021 menurut majalah Time dalam upayanya melawan Demam Berdarah, sebagai Keynote Speaker.
Ika akan menjadi moderator, dan memandu diskusi yang menghadirkan narasumber seperti Dasapta Erwin Irawan dari Institut Teknologi Bandung, Direktur Asia Research Center Inaya Rakmani, dan Co-Founder dan Penasihat Centre for Inovation and Policy (CIPG) Yanuar Nugroho sebagai pembicara.
Kami juga telah berhasil mengadakan pelatihan menulis populer online pada hari Kamis, 1 September, yang melibatkan 330 peserta.
Selain itu, kami membuka kompetisi menulis untuk mengeksplorasi isu-isu seputar keadilan energi; persinggungan antara kesehatan lingkungan, hewan, dan manusia (one health); aktivisme digital pemuda; dan hak digital. Batas akhir lomba menulis adalah 9 September.
Kami juga sedang mengumpulkan data survei pembaca The Conversation Indonesia untuk meningkatkan kualitas artikel kami di situs web dan kualitas konten media sosial.
Kami mengundang partisipasi Anda untuk membantu kami memahami kebutuhan pembaca kami lebih baik lagi. Ini semua bagian dari upaya kami menciptakan ekosistem informasi yang lebih sehat di Indonesia.
In our 5th year, The Conversation Indonesia appoints new Chief Editor/Content Director
The Conversation Indonesia appoints Ika Krismantari as Chief Editor/Content Director as we celebrate the fifth anniversary of our website.
Ika’s appointment comes after the completion of an organisation realignment process that we have carried out from early this year.
Following a consultation and coordination process for six month, on August 13, The Conversation Indonesia’s Governing Board, chaired by Professor Jatna Supriatna, approved our new organisation structure.
Under this process, the Board appointed me as CEO/Publisher (previously Executive Editor).
We hope this new structure will support The Conversation’s development in the next five to eight years. This is a milestone for us and signifies our transformation from a media startup into an established organisation.
Previously head of editorial, as Chief Editor/Content Director, Ika holds the primary responsibility to lead and manage the core business activities of The Conversation Indonesia: producing and sharing high-quality content collaborating with the higher education and research sector.
The Conversation Indonesia’s core business is central to achieving our purpose of sharing knowledge and informing decisions.
Ika holds Master’s Degree in Journalism and International Relations from Monash University, Australia under a scholarship from the Australian government. Her thesis investigated The Conversation’s business model and how it can be applied in alternative online media in Indonesia. Her thesis won the best marks in her class.
Before joining The Conversation Indonesia, Ika worked for the renowned English daily The Jakarta Post. She joined The Conversation as deputy executive editor six months after our launch on Sept. 6, 2017.
“I was so excited when I first joined The Conversation because I felt I have the chance to apply findings in my thesis… and my new position gives a new challenge to grow The Conversation,” she said.
Yayasan The Conversation Indonesia governing board member Endy M. Bayuni said Ika has all the qualification needed to lead The Conversation Indonesia’s newsroom.
“From her academic background, her experience as a journalist and editor, including previously at The Jakarta Post and the past four and a half years at The Conversation Indonesia, to the good working relationship she built with the former chief editor Prodita Kusuma Sabarini and with her colleagues in the newsroom,” Endy said.
“With this appointment, I hope more initiatives will emerge from Ika and the newsroom,” Endy said.
Commenting on The Conversation Indonesia, Endy who is also senior editor at The Jakarta Post and was The Post’s chief editor from 2004-2010 dan 2016-2018 said “The Conversation Indonesia’s existence brings a fresh air to the media industry in this country due to its uniqueness in combining journalism principles with the academic world”.
“Amid the ubiquity of hoax and disinformation that brings massive disruption in the information ecosystem, especially in cyberspace, the use of science strengthens journalism practices that promotes accuracy,” said Endy who is also a member of the Facebook Oversight Board.
The Conversation Indonesia’s 5th anniversary event series
The Conversation Indonesia is part of a global network, and we’re currently the only edition in Asia.
In addition to Indonesia, The Conversation has newsrooms in Australia, New Zealand, the United States, Canada, the United Kingdom, France, Spain and Africa.
The Conversation Indonesia started out as a pilot project with seed funding from The Open Society Foundation Program on Independent Journalism.
On the first two years, we received management support from The Conversation Media Group in Melbourne, Australia, and the Indonesia Academy of Science.
Eminent scientists Professor Sangkot Marzuki and Professor Jatna Supriatna, lawyer Tuti Hadiputranto, and the late press figure Aristides Katoppo founded Yayasan The Conversation Indonesia on 4 September 2017 to independently manage and sustainably grow The Conversation Indonesia’s operation.
As part of our 5th anniversary celebration, tomorrow, Wednesday, September 7, 2021, we are holding a free public discussion on the role of of academics in advancing evidence-based policy at the National Library second floor auditorium.
We will be listening to a keynote speech from Professor Adi Utarini from Universitas Gadjah Mada, who was listed as Time’s 2021 top 100 influential person for her efforts in eliminating dengue fever.
Ika will be moderating the discussion panel, with Dasapta Erwin Irawan of Bandung Institute of Technology, Asia Research Center Director Inaya Rakmani, and Center for Inovation and Policy Co-Founder and Advisor Yanuar Nugroho as confirmed speakers.
We have also successfully held an online popular writing training on Thursday, Sept 1, for 330 people.
And we are currently accepting submissions for a writing competition for scholars exploring issues around energy justice; the convergence between environmental, animal, and human health (one health); youth digital activism; and digital rights. The deadline for the writing competition is September 9.
We are also collecting The Conversation Indonesia’s readers’ survey data to improve the quality of our articles and social media content.
We invite you to participate in the survey to help us better understand our readers’ needs. This is all part of our effort to contribute in creating a healthier information ecosystem in Indonesia.
This article was originally published on The Conversation. Read the original article.